Nama Shin Tae-Yong (STY) sedang menjadi perbincangan publik di tanah air. Apalagi setelah pelatih sepak bola asal Korea Selatan itu berhasil membawa Timnas U-23 maju ke babak semi final Piala Asia U-23 2024, setelah mengalahkan Korea Selatan. Peristiwa ini selain bersejarah bagi prestasi sepak bola di Indonesia, juga mengandung “sisi dramatis” dan “human interest”.
“Sisi dramatis” dapat dilihat dan dirasakan, selama pertandingan berlangsung antara Timnas U-23 melawan Korea Selatan (Korsel). Seru. Apalagi pada saat adu pinalti. Dan akhirnya, Indonesia berhasil menang secara dramatis, dan Korsel kalah secara dramatis.
Sedangkan sisi “human interest” ada pada STY. Anda bisa bayangkan, betapa dilematisnya posisi STY. Satu sisi, dia harus bertindak secara professional, berusaha semaksimal mungkin agar Timnas U23 asuhannya bisa mengalahkan Korsel. Tapi, di sisi lain, dia adalah warga negara Korsel. Tapi dia harus “mengalahkan” negaranya sendiri. Dan akhirnya, STY lah yang memulangkan negaranya sendiri. Gara-gara STY, Korsel baru kali ini sejak 1984 tak bisa berlaga di Olimpiade. Sungguh tak mudah, menjadi seorang STY dalam posisi seperti ini.
Maka wajar, jika STY seakan menjadi hero baru bagi Indonesia. Berkat polesan tangan dinginnya, timnas Indonesia berhasil mencapai prestasi yang sebelumnya sangat sulit diraih. Di antaranya, menjadi runner up Piala AFF 2020; meraih Medali Perunggu SEA Games 2021; runner up Piala AFF 2023; Lolos ke Piala Asia 2023; Lolos ke Piala Asia U-23 2024; Masuk ke babak 16 besar Piala Asia 2023; melaju ke semi final Piala Asia U-23 2024; dan menaikkan ranking FIFA Indonesia dari 176 ke 134 dunia per 15 Februari 2024.
STY pun menjadi terkenal. Sebelum Piala AFF 2020, jumlah followers Instagram pelatih asal Korea Selatan tersebut masih 100 ribuan. Dan sekarang jumlah followersnya sudah menyentuh angka 3,5 juta.
Tak ayal, STY mendadak menjadi selebritis yang wajahnya kerap muncul di layar kaca. Itu karena dia menjadi bintang iklan untuk beberapa brand ternama. Baik brand lokal maupun dari luar negeri tertarik untuk menjadikan STY sebagai “brand ambassador”nya. Di antaranya ada brand dari produk otomotif, mie instan, kopi instan hingga iklan produk game FIFA 2022.
Ketika sebuah produk memilih “brand ambassador” untuk membangun “brand image”-nya, mengutip dari sendpulse.com setidaknya ada tujuh manfaat: Pertama, dapat meningkatkan “brand awareness”. Kaidahnya: semakin banyak orang yang mengenal suatu produk, maka “brand awareness” produk itu bisa dibilang tinggi. Seorang “brand ambassador” berperan untuk meningkatkan “brand awareness” di benak konsumen.
Kedua, meningkatkan kepercayaan konsumen. Apalagi si “brand ambassador” itu memang benar-benar pengguna setia dari produk yang dia promosikan. Ketiga, menjangkau audiens baru. Setiap produk, pasti ingin produknya semakin disukai dan dibeli konsumen, sehingga penjualannya dapat meningkat setiap tahun. Maka, harus selalu ada audiens baru sebagai calon konsumen. Tugas “brand ambassador” dalam hal ini dapat menjangkau audiens baru dan membuat mereka sadar akan keberadaan suatu produk.
Keempat, membangun reputasi yang baik. “Brand ambassador” yang merupakan figur publik terkenal dan punya reputasi istimewa, diharapkan dapat membangun reputasi yang baik bagi produk yang dia promosikan. Kaidahnya: reputasi yang baik dari si “brand ambassador” diharapkan menguatkan reputasi dari produk yang dia promosikan.
Kelima, meningkatkan penjualan. Tujuan utama perusahaan, pasti lah mendapatkan keuntungan melalui penjualan. Dengan adanya “brand ambassador”, diharapkan dapat mendongkrak peningkatan angka penjualan sebuah produk, karena semakin banyak orang tertarik menggunakan produk itu.
Lantas, bagaimana kah cara mengukur efektif tidaknya penggunaan “brand ambassador”? Mengutip situs business2community.com, setidaknya ada lima indikator untuk menilai efektifitas “brand ambassador”: Pertama, jangkauan brand selama campaign. Selama iklan atau materi promo ditayangkan, ada berapa banyak orang yang dijangkau oleh “brand ambassador”? Kedua, traffic situs brand dan event. Seberapa ramai traffic di situs brand atau saat event berlangsung dengan adanya “brand ambassador”?
Ketiga, revenue. Berapakah pendapatan yang berhasil diraih berkat pengaruh dari “brand ambassador”? Keempat, aktivitas terkait campaign. Berapa banyak aktivitas yang tercatat di media sosial yang berkaitan dengan campaign produk? Kelima, jumlah unggahan dan respon audiens. Berapa jumlah unggahan “brand ambassador” terkait produk, dan bagaimana respon audiens terhadap unggahan tersebut? Apakah sesuai dengan yang diharapkan pemilik brand?
Nah, apakah produk-produk yang menggunakan STY sebagai brand ambassadornya sukses di pasaran? Anda bisa menilainya dari lima indikator tadi. (kum_jp)